Semasa kecil kita selalu bermain bersama , melakukan hal-hal menyenangkan bersama pula, mengisi hari-hari dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Suka duka selalu di hiasi dengan canda tawa. Akan tetapi sejak ia lulus SMP dan melanjutkan ke tingkat SMA aku mulai merasakan ada beberapa hal yang tak kusuka darinya, dia sangat egois dan ingin menang sendiri. Dia pun sudah mulai lupa dengan ku, kami sudah jarang ngobrol bersama, apalagi hingga bermain. Dia sudah sibuk dengan teman-teman barunya, yang memebuat dia menjadi gaul, dan mengerti dunia luar. Hingga suatu ketika aku membutuhkan pertolongannya, ssat itu sepatuku rusak, dan aku belum sempat beli karena sibuk dan tidak ada yang mengantarkan ku untuk membeli sepatu. Aku pun berinisiatif meminjam sepatunya, saat itu dia tidak ada di rumah, jadi aku mengambilnya saja tanpa meminta izin dahulu. Kemudian siangnya aku bilang ke dia kalau sepatunya ada di rumahku. Tak kusangka responya menyakitkan hati ku, “awas loh kalau sampai lecet! Itu harganya 500.000!” aku langsung bergegas pulang dan mengelap dan memebersihkan semengkilap mungkin.
Tadinya kufikir dia hanya bercanda, tapi ternyata tidak. Dia berkata demikian dengan raut muka yang Nampak serius.” Ya Allah” fkirku dalam hati, ku akui ini memang slahku. Tapi aku tak pernah berfikir hingga sampai segini, karena aku orangnya tak suka “ngitung-ngitung” kalau nolonng teman, aku kira dia bakalan bersikap demikian kepadaku, Tapi ternyata aku salah besar. Teman ku yang satu ini memang sangat berubah, bahkan dia tidak naik kelas saat SMA, seharusnya dia sekarang kelas tiga, tapi karena tidak naik kelas dia menjadi kelas dua sama seperti ku. Orang tuanya yang berada di luar neggri pun tau kalau anaknya tidak naik kelas tapi mereka memaklumi karena memang dari kecil tak bersama. Aku sering kepikiran dengan perubahan teman ku ini, mangapa sampai hati dia bersikap begitu pada aku?, pakah dia sudah lupa saat dia sakit dan tak punya uang dia datang kerumahku dan memohon2 untuk di pinjami uang, padahal saat itu ayahku pun sedang tak punya uang tapi ayahku memberikan pinjaman itu untuknya. Dan ketika dia masih kecil dia suka mengambil uang di meja rumahku yang sebenarnya untuk uang jajan ku. Dia pun juga lupa saat-saat dia sering tak punya uang dan minta makanan yang aku beli sehingga aku harus berbagi dengannya.
Tapi apa mau di kata. Sekarang teman kecilku itu sudah mampu membeli apa yang ia inginkan. Hingga ia lupa dengan aku, kawan kecilnya. Yang dulu sering berbagi jajan padanya, yang dulu sering menunggunya untuk berangkat sekolah bersama. Uang dan teman-teman barunya kini sudah memebuat ia lupa pada ku. Sekarang ia telah menjadi anag “gaul” yang pandai memodif motor barunya, yang sering main balap dan sering ganti pacar.
Dari kejadian tersebut aku mengambil pelajaran bahwa uang dapat membuat orang lupa daratan. Sehingga aku akan lebih berhati-hati dalan memegang uang. Aku pun akan berusaha menyayangi selurh teman ku. Dan aku tak akan pernah mengnti teman lamaku dengan teman baruku. Tapi aku akan menambah teman ku, bukab menggantiya. Semoga kisahku ini dapat menjadi [elajaran untulk kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar