Selasa, 27 September 2011

Unyuk Teman Kecilku

Kulihan sesosok laki-laki yang masih seumuran dengan ku saat itu, postur tubuhnya lumayan bagus untuk leleki seumuranya, badannya tinggi, kulit hitam manis, dengan sedikit jerawat di pipi yang menambah ketampanan pria itu.”unyuk....?” teriaku saat itu, sontak dia tersenyum menoleh ke arahku, dia menghampiri ku dan langsung menepuk pundak ku.ya....dia adalah Rey teman masa kecil ku dulu, teman bermainku saat ku masih “unyuk-unyuk”.Rasa senang bercampur kaggum dengan perubahan postur tubuhnya yang saat itu membuat ku sungguh takjup,”MasyaAllah’, pikirku dalam hati. Dia sudah benar-benar berubah menjadi sesosok laki-laki tampan yang gagah. Tapi aku langsung tersadar dri lamunan ku saat iu, aku befikir bagaimana dengan sifatnya? Apakah juga berubah atau malah beertambah parah? Ku amati dia dengan penuh perhatian, ternyata dia benar-benar berubah, tak hanya bentuk  badanya, tetapi ibadahnya pun bagus. Dia selalu beribadah dengan rajin dan khusuk.

Aku dan Rey berlibur ke rumah nenek kemi di daerah jawatimur. Di sana kami benar-benar merasakan liburan yang menyenangkan.Tak juga itu, dia juga mengajariku banyak hal tentang kehidupan ini, tentang bersyukur, tabah, hiup hemat, dan menjadi seseorang yang sabar. Kami sering sharing tentang ini itu yang sering terjadi di kehidupan kami. Hingga suatu ketika dia bercerita tentang kehidupanya yang ternyata berbeda dengan jauh dengan apa yang aku bayangkan slama ini. Kehidupanya yang mampu membuatku meneteskan air mata, ya, tentang ekonomi lagi. Ku kira orang tuanya adalah seseorang yang tergolong orang mampu, sama sepaerti ketika kecilku dulu, yang mampu menuruti apa yang di inginkan oleh Rey.
Ternyata sejak ia berumur kurang lebih 4tahun ayahnya di pulangkan ke Indonesia lagi karena ketahuan kalu matanya minus,ayahnya Rey bernama Hermawan, dan aku memanggilnya om wawn, Setelah om wawan di pulangkan dari jepang dia ditinggal pergi istrinya, bertambahlah penderitaan Rey, Ketika itu om wawan sudah pasrah, dan dia berkonsentrasiuntuk membesarkan Rey dan Iska, adik perempuan Rey, Dia berjualan sayur di sebuah pasar tradisional di daerah Tinggalya. Awalnya memang hanya kios kecil, tapi dengan kegigihan om wawan kios kecil itu menjadi kios besar yang mampu menghidupi keluarganya. Hingga suatu ketika om wawan menikah dengan seorang janda yang aku tiak tahu berapa anaknya, karena Rey pun tak pmenceritakanya kepada ku, dan akupun enggan bertanya padanya.Seyelah om wawan menikah, kehidupanya pun berubah, tak sepaerti dulu lagi. Istrinya sering tidak jujur tentang keuangan hasil dagang sayur itu,diam-diam dia memebelikan motor anak dari suami pertamanya tanpa sepengetahuan om wawan. Dia juga pernah memeberi uang anaknya hingga 5jutaan kepada anak ke duanya ketika memebengun rumah. Tapi sepandai apapun orang mengubur bangkai, baunya pasti akan tercium juga, Hingga suati ketika om wawn tau, dan terjadi pertengkaran yang memebuat motor matic rey di ambil oleh mama tirinya.tapi setelah tiga bulan mama tirinya rey pulang, dan ingin rujuk, om wawan  mau tapi dengan satu syarat, yakni dia harus kembali kerja di pasar untuk berjualan lagi tapi om wawan sudah tidak ikut berjualan, dan dia hanya mengantarkan saja. Itrinya pun menerima syarat itu.
Semenjak itu keuangan di rumah Rey sering pasang surut, kadang rey harus menabung untuk memebeli sesuatu karena ia tidak mau meminta pada mam tirinya, dia sering bilang kalau dia tidak mau minta ke mamanya apabila dia masih bias untuk memenuhinya sendiri. Rey tak suka jajan, uang sakunya selalu ia kumpulkan untuk keperluanya, bahkan dia sering bantu tetangganya membuat kerajinan papan nam dari batu. Dia sering mengajariku hidup sederhana dan hemat. Sebenarnya cerita ini belum sesesai sampai di sini saja, tapi terlalu banyak untukceritakan, dan akupun tak mungkin menceritakan kejadian ini secara keseluruhan pada pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar